Oleh: Maman Supriatman
Sejak umat Yahudi Bani Israel menolak Nabi Muhammad SAW, maka pintu ampunan pun tertutup. Sejak itulah periode akhir zaman telah datang.
Allah Maha Tinggi lalu membawa mereka kembali ke lokasi kejahatan terbesar mereka, yakni Tanah Suci (QS. Bani Israil: 104). Kembalinya umat Yahudi ke Tanah Suci menandakan hukuman final untuk mereka telah dimulai.
Periode waktu tujuh belas bulan pertama setelah kedatangan Nabi Muhammad SAW di Madinah, adalah periode waktu yang paling penting dan krusial dalam sejarah umat Yahudi.
Pintu ampunan pernah terbuka. Namun, pada akhir tujuh belas bulan tersebut, umat Yahudi tidak hanya menolak Nabi Muhammad SAW, tetapi sejak itu mereka terus membuat makar dan berkonspirasi untuk menghancurkan Islam.
Sejak itu Allah Maha Tinggi menentukan perubahan kiblat (QS. Al-Baqarah: 144). Secara tersirat, hal ini berarti pintu ampunan bagi umat Yahudi sudah tertutup. Karenanya sejak itu mereka ditetapkan sebagai al-Maghdlub, “mereka yang dimurkai” (QS. al-Fatihah: 7).
Mereka tidak akan pernah lagi memenuhi syarat untuk mewarisi Tanah Suci. Umat Muslimlah yang sekarang dianugerahi hak pewarisan tersebut:
“Dialah yang menjadikan kalian (umat Muslim) sebagai pewaris Tanah Suci (setelah umat Yahudi), dan Dia mengangkat (derajat) sebagian dari kalian beberapa derajat di atas yang lain sehingga Dia dapat menguji kalian melalui apa yang Dia anugerahkan kepada kalian (Bani Israel mendapat lebih banyak anugerah daripada umat-umat yang lain). Sesungguhnya Tuhan kalian sangat cepat dalam memberikan hukuman; tetapi Dia sungguh Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS. Al-An’am: 165).
Setelah perubahan arah kiblat dan sebelum wafatnya Nabi SAW itu, terjadilah pelepasan Dajjal dan Ya’juj-Ma’juj ke dunia.
Saat ini umat Yahudi telah dibawa kembali ke Tanah Suci untuk menerima akibat dari perbuatan-perbuatan jahat mereka, termasuk kejahatan yang sekarang mereka lakukan di Tanah Suci Palestina.
Umat Yahudi telah mengakui bahwa Allah Maha Tinggi telah menghukum mereka beberapa kali sebelumnya. Buku ini menjelaskan pandangan Islam, bahwa sejarah umat manusia tidak dapat berakhir sebelum umat Yahudi menerima hukuman terakhir mereka.
Nabi Muhammad SAW telah menyediakan informasi penting mengenai subjek ini, bahwa pasukan Muslim akan menaklukan Yerusalem. Dengan demikian, para pengikut Nabi Muhammad SAW akan membebaskan Tanah Suci.
Keseriusan melawan perbuatan-perbuatan fasad (penindasan dan kejahatan) ini, hingga “pohon” dan “batu” di Tanah Suci sekarang mulai
“berbicara” lebih keras, adalah perwujudan nubuat Nabi SAW.
Tentu saja pohon-pohon dan batu-batu tidak dapat didengar dengan telinga fisik eksternal. Tetapi dapat didengar dengan alat dengar internal di dalam hati orang-orang yang memiliki iman, sehingga mereka akan mendengar “pohon-pohon” dan “batu-batu” saat mereka berbicara.
Seiring dengan berjalannya waktu, batu-batu akan berbicara lebih keras dan semakin keras. Hanya orang-orang yang secara spiritual tuli dan mati yang tidak bisa mendengar mereka.
Dunia semakin dipaksa untuk menerima penindasan yang dilakukan dan dipelihara oleh Israel. Sebuah penindasan yang akan terus meningkat, hingga menurut nubuat Nabi Muhammad SAW:
“…seseorang akan melewati kuburan dan berlalu sambil berkata: Aku ingin berada di dalam kubur, bukan karena alasan agama tetapi karena penindasan.”
(Sahih Muslim).
Mungkin peringatan paling penting yang diberikan buku ini, adalah bahwa pada hari esok akan terjadi penindasan yang semakin keras terhadap umat Muslim yang tetap beriman dan berpegang teguh pada Islam.
Sesungguhnya, sejak 11 September 2001 penindasan terhadap umat Muslim telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia. Umat Muslim sekarang hidup dalam ujian terbesar. Negara Penguasa dunia saat ini memimpin usaha untuk membuat keadaan dunia aman bagi Negara Penguasa berikutnya (Israel).
Petunjuk yang disediakan Al-Qur’an dalam Surat Al-Kahfi adalah petunjuk yang dapat diterapkan umat Muslim agar bisa bertahan dalam badai kejahatan ini.
Petunjuk yang dapat membimbing umat Muslim pada zaman ini adalah petunjuk yang memahami zaman yang kita hadapi saat ini, dan yang pemahamannya diperoleh dari Al-Qur’an dan Hadits.
Buku penulis yang berjudul Surah al-Kahf and The Modern Age (Surat al-Kahfi dan Zaman Modern), berusaha menjelaskan petunjuk yang disediakan Al-Qur’an dalam Surat tersebut.
(Imran N. Hosein, Yerusalem dalam Al-Qur’an. Bagian Dua Bab 3).
Menjelang Puncak Fitnah Dajjal
Kondisi zaman tentang kerasnya penindasan yang digambarkan dalam Hadits Imam Muslim di atas, adalah kondisi yang mewakili puncak fitnah dajjal.
Puncak fitnah Dajjal akan terjadi setelah dia muncul secara fisik dalam wujud manusia biasa, yaitu pada fase yang “hari-harinya sama dengan hari-hari kalian”. Inilah fase terakhir misi Dajjal selama 40 hari di muka bumi. Untuk menjalankan misinya menebar fitnah, dia akan mendatangi setiap kota (kecuali Mekah dan Madinah) untuk mengajak manusia agar mengikutinya.
Diriwayatkan dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda:
يَخْرُجُ الدَّجَّالُ مِنْ يَهُوْدِيَّةِ أَصْبَهَانَ مَعَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفًا مِنَ الْيَهُوْدَ.
‘Dajjal akan keluar dari perkampungan Yahudi Ashbahan, bersamanya ada tujuh puluh ribu orang Yahudi.”
Ibnu Katsir menjelaskan: “Pertama kali dajjal muncul dari Ashbahan, dari sebuah kampung yang bernama al-Yahuudiyyah.”
(Al-Fathur Rabbaani Tartiib Musnad Ahmad (XXIV/73).
Itu sebabnya kita dianjurkan untuk memohon perlindungan dari fitnah dajjal setidaknya lima kali setiap hari dalam tahiyyat akhir, sebagaimana disebutkan dalam Hadits Abu Hurairah RA:
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ القَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.” (HR. Muslim, 588).
Menolak Hadits-hadits akhir zaman, termasuk Hadits tentang dajjal sangat berbahaya, karena akan melalaikan kita dari fitnahnya. Sedangkan orang yang paling rentan terkena fitnah dajjal adalah orang yang tidak percaya pada fitnah dajjal.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang dajjal dan fitnahnya serta tahapan dan cara kerjanya, sangat penting.
Dari Hudzaifah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Dajjal cacat matanya yang kiri, keriting rambutnya, bersamanya surga dan nerakanya. Nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka.” (HR. Muslim No. 2934).
Semakin banyak orang yang berjalan di atas kebatilan tetapi merasa sudah berada di jalan yang benar. Banyak orang yang merasa sedang menempuh jalan menuju Surga, padahal itu jalan menuju Neraka. Semakin banyak orang yang tidak lagi peduli untuk membedakan antara keadilan dan kedzaliman.
Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa terdapat tulisan kafir, كفر, di dahi dajjal, antara lain dalam Hadits yang berasal dari Umar bin Tsaabit:
إِنَّهُ مَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ يَقْرَؤُهُ مَنْ كَرِهَ عَمَلَهُ
“Pada dahinya terdapat tulisan ‘Kafir’, yang dapat dibaca oleh setiap orang yang membenci perbuatannya.” (HR. Muslim).
Tulisan كفر pada dahi dajjal tidak bisa dibaca oleh orang yang tidak beriman meskipun ia bisa baca-tulis, tapi bisa dibaca oleh orang beriman meskipun tidak bisa baca-tulis. Artinya, tulisan كفر itu tidak terbaca oleh mata lahir, dan hanya bisa dibaca oleh mata batin.
Maknanya, orang yang buta mata hatinya tidak akan bisa mengenali fitnah dajjal dalam seluruh aspek kehidupan global: sistem militer dan pertahanan, sistem politik, keuangan dan ekonomi, hukum dan keadilan, sistem pendidikan dan pengetahuan dan sistem budaya.
Dajjal disimbolkan bermata satu, sebab dia melihat dunia hanya dengan sebelah mata, yaitu mata lahir. Inilah jejak dajjal yang paling berbahaya dalam sistem pendidikan dan pengetahuan.
Sistem pengetahuan yang hanya bersandar pada pengamatan empirik dan rasional tidak akan mampu menjangkau realitas hakiki di balik penampakan lahirnya, sehingga tidak akan bisa menembus realitas kehidupan modern yang misterius.
Itulah sebabnya Surat Al-Kahfi adalah satu-satunya Surat dalam Al-Qur’an yang oleh Nabi SAW dikaitkan secara langsung dengan fitnah dajjal, antara lain karena di dalamnya terdapat pembelajaran Nabi Khidr AS kepada Nabi Musa AS untuk menjangkau realitas di balik penampakan lahirnya, sehingga bisa membedakan mana jalan menuju Surga dan mana jalan menuju Neraka.
Ketika hierarki sistem pengetahuan sudah diabaikan, inilah inti jejak dajjal dalam sistem pendidikan global yang berujung pada sekularisasi pengetahuan.
Ide sekularisasi muncul dari epistemologi yang memisahkan secara dikotomik antara “pengetahuan ilmiah” berbasis observasi dan eksperimen dengan apa yang mereka sebut sebagai “pengetahuan semu” berbasis intuisi (mata batin) dan kebenaran profetik.
Jika faham sekuler ini diterapkan dalam dunia politik, misalnya, maka seluruh kriteria apa pun yang digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih seorang pemimpin pada level dan bidang apa pun, adalah benar, dan tidak ada hubungannya dengan pertanggungjawaban dalam kehidupan setelah kematian.
الله اعلم
MS 07/12/2023