Oleh: Hasanuddin Ibrahim
Mereka datang bergerombol, sekelompok demi sekelompok, memadati Gedung Olah Raga Ciracas. Pada umumnya naik sepeda motor, bahkan ada yang berjalan kaki. Tidak nampak diantara mereka yang mengenakan pakaian bagus dengan aneka merek luar negeri.
Nampaknya mayoritas beragama Islam dilihat dari atribut yang mereka gunakan “kerudung penutup aurat” bagi yang perempuan, dan aneka jenis kafieh bagi yang laki-laki. Mayoritas perempuan dengan usia yang bervariasi.
Nampak begitu ceria wajah-wajah mereka begitu melihat Anies Baswedan memasuki ruangan GOR Ciracas, setelah menunggu beberapa jam.
Meskipun belum dibagikan makan siang, namun semangatnya tetap begitu kuat. Nampak mereka sudah teruji oleh keadaan, tidak menyerah, mereka tangguh menghadapi realitas kehidupan.
“Kaum Miskin Kota” begitu istilah yang digunakan pegiat sosial menyebut mereka. Itulah gambaran realitasnya. Sederhana, bersahaja, tidak hidup dengan bermewah-mewah, tangguh menghadapi pahit getirnya kehidupan dan yang pasti selalu ceria.
Meski demikian, bukan berarti mereka tidak menginginkan perubahan.
Kedatangan Anies Baswedan bersesuaian dengan harapan perubahan yang diimpikan.
Pandangan mereka tentang perubahan cukup sederhana. Perubahan bagi mereka: ya, sembako yang tersedia dengan terjangkau oleh daya beli mereka; lapangan pekerjaan baru bagi putra-putrinya; perlakuan yang adil dan setara dari pemerintah; kemudahan dalam pelayanan kesehatan dan pendidikan; ketenangan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Sangat mendasar. Berbeda dengan “wong gede”, dalam memahami makna perubahan.
Anies Baswedan telah menyerap aspirasi perubahan dari kalangan menengah atas, melalui berbagai pertemuan-pertemuan.
Hari ini dan hari-hari selanjutnya, Anies akan menyapa kalangan rural ini, di berbagai kota.
Gambaran tentang “miskin kota” di Ibukota ini tentu tidak mewakili keseluruhan keadaan masyarakat ekonomi lemah. Tapi gambaran di ibukota ini lebih dari cukup untuk menyimpulkan bahwa sudah saatnya kita berhenti berpura-pura menolak realitas, menutup akan keadaan masyarakat bahwa memang terjadi ketimpangan, yang memberi kita ribuan alasan untuk berbenah agar menjadi Bangsa yang maju, berdaulat, adil dan makmur.
Para “wong cilik” mendambakan pemimpin yang peduli, care atas keadaan hidup mereka.
Kehadiran Anies ditengah mereka hari ini, nampak seolah sedang menyaksikan matahari pagi terbit. Sejuk segar rona wajah mereka menyaksikan kedatangannya.
Kepemimpinan Anies Baswedan selama menjabat sebagai Gubernur DKI kiranya benar-benar menyentuh kehidupan mereka. Anies dieluk-elukkan, berlomba ingin bersalaman. Berbinar sorotan matanya, menyimak orasi mantan Gubernur DKI yang saat ini maju pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
Komat-kamit bibir mereka melantunkan doa dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, semoga Allah SWT senantiasa memudahkan langkah Anies menjadi Presiden Republik Indonesia.
Insya Allah dengan doa kaum mustadafiin ini langkah Anies menjadi Presiden makin terbuka lebar.
Ciracas, Selasa 28 November 2024