Oleh: Hasanuddin*
Jokowi nampak begitu sibuk menjadi tim sukses bagi 08. Ia berkeliling membagi-bagi sembako (BLT) kepada masyarakat. Mengumpulkan Kepala Desa di Istana. Memberi pengarahan kepada relawan 08 di Istana. Memberi pengarahan kepada kelompok-kelompok tani di Jawa Tengah.
Tiada hari tanpa kampanye bagi Jokowi. Seolah dia yang sedang maju bertarung di Pilpres. Padahal anaknya yang sedang maju. Dia memang sayang sekali anaknya itu. Berbagai pasilitas negara dia berikan untuk anaknya yang sedang jadi Walikota di Solo.
Kepanikan Jokowi nampak terlihat pula dari aktifitas para pembantunya. Zulkifli Hasan menyebut bansos sebagai berasal dari uang pribadi Jokowi. Tentu saja Zulkifli telah berbohong, menyebarkan hoax, bisa dipidana dengan UU ITE. Tapi siapa yang mau peduli dengan kebohongannya itu.
Menteri Infokom sibuk menggembok akun-akun medsos yang tidak pro kepada 08 dan nyaring bunyinya meneriaki Jokowi. Menteri Agama mengumpulkan para penyuluh agama di level terendah, untuk diberi arahan oleh Jokowi. Para Pj Kepala Daerah mencabuti izin kampanye pasangan calon lain secara mendadak.
Kepanikan Jokowi nampak pula pada kasus pemilihan di Taiwan yang dilakukan di luar jadwal, KPU telah membatalkan dan menyatakan tidak sah. Jokowi tampil bak juru bicara KPU, katanya itu dilakukan karena kantor pos di Taiwan akan libur. Jadi bahan tertawaan. Moeldoko membela Gibran dalam kasus pelanggaran bagi-bagi susu di CFD, namun Bawaslu Provinsi DKI tidak pusing dengan pembelaan Moeldoko. Bawaslu menyebut Gibran melakukan pelanggaran. Tapi apa sanksinya? Tidak diketahui.
Tentu saja sebagai Presiden, Jokowi memiliki akses informasi dari berbagai pihak, berbagai kalangan. Ia tahu posisi real politik yang sedang terjadi. Banyak survey mengunggulkan 08, tapi Jokowi tahu real.politik seperti apa.
Setidaknya ada dua survey terbaru menyebut pasangan 01 jika head to head dengan 08 akan memenangkan Pilpres.
Tren elektabilitas 08 makin melorot padahal uang triliunan sudah di bagi-bagikan. Salah satunya dibagikan oleh Miftah yang dapat surat tugas khusus Prabowo.
Tapi dukungan kekuasaan, dukungan uang yang banyak kepada 08 tidak membuat elektabilitasnya bertambah naik. Malah sebaliknya kian melorot. Pelanggaran demi pelanggaran yang dilakukan membuat para pemilih menjauh. Pemilih sadar, bahwa pasangan Calon 08 itu membahayakan demokrasi jika berkuasa. Pengerahan aparatur pemerintah pertanda alarm bagi matinya demokrasi. Alarm bagi terjadinya kejahatan Pemilu. Alarm bagi rendahnya legitimasi hasil pilpres.
Dukungan secara organik dari generasi Z, yang tiba-tiba di picu oleh kehadiran “K-Pop” dalam mensosialisasikan pasangan AMIN via platform X dan TikTok, kian membuat kepanikan kubu 08. Tidak terbendung.
Live TikTok Anies di saksikan ratusan ribu kalangan milenial. Anies pun diberi gelar netizen sebagai “Abah”. Acara “Desak Anies” yang berisi perdebatan “orang berakal” itu telah mengubur “gerakan gemoy” dari kubu 08 yang isinya gimmick semata.
Bagaimana tren penurunan elektabilitas kubu 08 yang membuat Jokowi panik itu? Apakah akan semakin mendorong meningkatnya kecurangan, penyelewengan kekuasaan, memicu stress 08, kita ikuti saja perkembangannya.
Kepanikan Jokowi dan stres yang dialami 08 dan para pendukungnya itu, dengan mudah dibaca bahwa memang mayoritas rakyat inginkan perubahan.
Maka mari kita sambut dengan optimis perubahan yang lebih baik itu.
Depok, 5 Januari 2024