Oleh : Ali Muddin*
Sumenep merupakan anak tertua. Disamping Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan yang sama-sama merupakan anak kandung Madura. Tepat pada tanggal 31 Oktober 2023 kemarin, Sumenep sudah berusia 754 tahun.
Usia yang sangat sepuh, setua usia Nusantara (jika diukur dari berdirinya Majapahit, bahkan masih lebih tua lagi, karena Majapahit didirikan pada tahun 1293 oleh Raden Wijaya, sedang usia Sumenep diukur dari bertahtanya Aria Wiraraja di tahun 1269 silam).
Dalam sejarah Sumenep merupakan cikal bakal tegaknya sistem pemerintahan monarki terbesar di Indonesia, yang namanya terinspirasi dari buah Maja yang pahit rasanya itu (sebagai gambaran bahwa proses berdirinya Majapahit begitu getir, begitu jauh dari kesan instan, dan apalagi manis).
Mengingat sejarah awal Sumenep yang begitu berperan dalam proses peradaban, hingga memasuki era baru dari sistem bernama demokrasi. Tentu, sangat tidak arif jika peringatan milad Sumenep hanya berkutat pada tataran seremonial dan karnaval, yang bisa jadi kering dari makna.
Hari Jadi merupakan momen introspeksi diri. Sebuah momen yang harus dimaknai sebagai perbaikan. Terutama perbaikan dalam birokrasi, bahkan sistem kepemerintahannya. Dalam artian hari ini, harus lebih baik dari kemarin.
Disamping itu, kami menganggap bahwa harus diakui selama ini peringatan Hari Jadi Kabupaten Sumenep masih sekadar seremonial saja. Hal itu dibuktikan dengan kinerja pemerintah yang kurang serius, sebagai contoh kasus hukum yang tidak pernah mengungkap bandar-bandarnya, baik itu bandar sabu, miras, bahkan bandar rokok ilegal di Sumenep yang sering kali pemerintah menyuarakan harus digempur.
Belum lagi pemerataan pembangunan di kepulauan, baik dari segi pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kesejahteraannya. Ia berharap agar dapat mengejawantahkan dari cita-cita luhur Aria Wiraraja. Minimal menurut Tadjul, mengikuti jejaknya. Seperti dalam mengatur strategi, bagaimana masyarakat itu bisa mandiri, bahagia, tenteram, aman dan damai.
Dalam konteks ini, tentunya Sumenep bisa memiliki peran penting di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sejarah mencatat, nama Aria Wiraraja dan para penggantinya yang cukup gemilang.
Para pengganti Aria Wiraraja seharusnya tak sekedar menjadi estafet pengganti kedudukannya. Namun juga harus mampu mewarisi karakter dan keahlian Aria Wiraraja sebagai ahli strategi politik dalam mewujudkan kesejahteraan, bagi masyarakat Sumenep.
Rabu, 01 Novemver 2023).
*) penulis merupakan ketua Dewan Pimpinan Cabang GMNI Kabupaten Sumenep.