Jakarta, EjaToday.com | Konflik internal di tubuh Palang Merah Indonesia (PMI) terkait dualisme kepemimpinan antara Ketua Umum PMI periode 2024-2029, Agung Laksono, dan mantan Ketua Umum Jusuf Kalla (JK), menuai perhatian publik.
Ketua Jaringan Aktivis Nusantara (JAN), Romadhon Jasn, menyatakan bahwa regenerasi adalah langkah penting untuk memajukan PMI sebagai organisasi kemanusiaan.
PMI Butuh Penyegaran
Romadhon menegaskan bahwa regenerasi di tubuh PMI adalah langkah tepat untuk menyegarkan organisasi yang memiliki peran penting dalam penanganan bencana, donor darah, dan aksi kemanusiaan lainnya.
“PMI memiliki tugas besar yang menyangkut kemanusiaan, seperti penanganan korban bencana alam hingga penyediaan stok darah. Untuk itu, organisasi ini memerlukan energi baru, ide-ide segar, dan kepemimpinan progresif. Regenerasi adalah langkah alamiah untuk memastikan hal ini,” ujar Romadhon, Selasa (10/12/2024).
Romadhon juga menilai bahwa kepemimpinan JK selama beberapa periode telah memberikan kontribusi besar. Namun, menurutnya, sudah saatnya PMI membuka ruang bagi tokoh baru untuk membawa organisasi ini lebih maju dan responsif.
Legowo untuk Kepentingan Bersama
Romadhon mengapresiasi pengalaman dan kontribusi JK selama menjabat sebagai Ketua Umum PMI, tetapi ia juga menekankan pentingnya sikap legowo demi kepentingan organisasi.
“Pak JK telah memberikan banyak kontribusi bagi PMI. Namun, kita harus memahami bahwa setiap organisasi membutuhkan regenerasi agar tetap relevan dengan tantangan zaman. Kepemimpinan baru harus diberikan kesempatan untuk membawa PMI ke arah yang lebih baik,” lanjutnya.
Ia menambahkan bahwa organisasi manapun memiliki batas maksimal kepemimpinan. Menurutnya, kepemimpinan yang terlalu lama dapat menimbulkan stagnasi dan menghambat inovasi.
Jangan Ganggu Kerja Kemanusiaan
Romadhon mendukung pernyataan Agung Laksono yang meminta agar konflik internal ini tidak mengganggu kerja-kerja kemanusiaan PMI.
Ia menilai, polemik yang berlarut-larut hanya akan merugikan masyarakat yang membutuhkan layanan PMI.
“PMI adalah garda terdepan dalam membantu masyarakat di saat-saat kritis. Polemik ini jangan sampai mengalihkan fokus dari misi utama PMI. Semua pihak harus mengutamakan kepentingan kemanusiaan,” tegas Romadhon.
Langkah Regenerasi Demi PMI Lebih Progresif
Menurut Romadhon, proses regenerasi adalah peluang untuk membawa PMI menjadi lebih progresif. Ia berharap program-program seperti pengelolaan stok darah, respons terhadap bencana alam, dan pendidikan kemanusiaan dapat ditingkatkan dengan semangat baru.
“Kita berharap kepemimpinan baru bisa membawa PMI lebih progresif dan responsif. Tantangan kemanusiaan semakin kompleks, mulai dari perubahan iklim yang memicu bencana alam hingga kebutuhan stok darah yang terus meningkat. Kepemimpinan baru harus mampu menjawab tantangan ini,” ujarnya.
Dorongan untuk Kebijakan yang Transparan
Romadhon juga menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan PMI. Ia mendorong agar kepemimpinan baru lebih terbuka terhadap masukan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat.
“PMI adalah organisasi yang dibiayai oleh donasi publik dan bekerja untuk kepentingan masyarakat. Transparansi dan akuntabilitas adalah kunci untuk menjaga kepercayaan publik,” katanya.
Menurutnya, saatnya PMI Bangkit dan Romadhon percaya bahwa konflik ini akan segera selesai jika semua pihak mengutamakan kepentingan kemanusiaan.
“PMI harus kembali fokus pada tugas utamanya. PMI mampu menunjukkan performa terbaiknya dan menjadi organisasi kemanusiaan yang lebih modern dan profesional,” pungkasnya.
Romadhon mengimbau agar konflik ini segera diselesaikan melalui mekanisme organisasi yang berlaku.
“Semua pihak harus menunjukkan kedewasaan dalam menyikapi regenerasi ini. Jangan sampai polemik ini mengorbankan misi utama PMI, yaitu membantu sesama,” tandasnya. (EjaToday.com/*)