Investasi yang Tak Pernah Bangkrut

 

Dalam dunia investasi yang penuh ketidakpastian, banyak orang mencari sektor yang tahan banting dan tetap memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Salah satu pilihan yang sering diabaikan namun memiliki potensi luar biasa. Investasi ini memiliki karekteristik yang unggul dan dapat meningkatkan ekonomi pada sektor publik yang memiliki sejarah panjang sebagai sumber kekayaan, tetapi juga tetap menjadi kebutuhan global yang stabil. Investasi pada sektor ini tidak memiliki kerentanan  terhadap fluktuasi pasar. Dalam hubungannya dengan peningkatan ekonomi Indonesia, negara belum sepenuhnya melirik dan mengembangkannya.

Investasi

Investasi telah menjadi bagian integral dari perkembangan ekonomi global sejak zaman kuno hingga era modern. Dari sistem barter hingga pasar saham yang kompleks, investasi telah berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan struktur ekonomi. Sejarah investasi mencerminkan perubahan besar dalam cara manusia mengelola sumber daya dan mencari keuntungan finansial. Investasi itu sendiri merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada periode tertentu dengan harapan memperoleh pengasilan dimasa depan. Kita perlu perlu tahu bawah, pada masa peradaban kuno, investasi dilakukan dalam bentuk barter dan pinjaman dengan bunga. Peradaban Mesopotamia, Mesir, Yunani, dan Romawi mengembangkan sistem perbankan sederhana yang memungkinkan pedagang dan penguasa untuk mengelola kekayaan mereka dengan lebih efektif. Di Romawi 500 SM, misalnya, terdapat sistem pinjaman maritim yang memungkinkan pedagang memperoleh modal untuk ekspedisi perdagangan dengan kesepakatan pembagian keuntungan.

Pada abad ke-20 dan awal abad ke-21, investasi berkembang pesat dengan munculnya berbagai instrumen keuangan baru seperti reksa dana, obligasi, dan derivatif. Perkembangan teknologi internet juga memungkinkan perdagangan saham secara daring, sehingga akses terhadap investasi menjadi lebih mudah bagi individu di seluruh dunia. Selain itu, investasi di bidang cryptocurrency dan aset digital lainnya semakin populer dalam dekade terakhir, menunjukkan bagaimana inovasi terus mengubah dunia investasi. Walaupun telah mengalami perkembangan, investasi peradaban kuno masih di pertahankan hingga hari ini dengan pola barter dan pinjam dengan bunga. Dengan kata lain investasi masih berpola konsumptif. Investasi dapat ditinjau dari tiga aspek utama, yaitu: Pertama, Aspek keuangan, yang mencakup dana yang ditanamkan serta hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam menilai kelayakan investasi, digunakan konsep keuangan. Kedua, Aspek waktu, yang mempertimbangkan perbedaan antara kondisi saat ini dan masa depan. Dalam hal ini, konsep nilai waktu dari uang (time value of money) digunakan untuk menilai kelayakan investasi. Ketiga, Aspek manfaat, yang menekankan pada manfaat yang diperoleh dari investasi. Oleh sebab itu, penilaian kelayakan investasi juga harus mempertimbangkan manfaat dan biaya yang ditimbulkan, dengan menerapkan prinsip perbandingan manfaat dan biaya (cost-benefit ratio) Noor (2009).

Dari sejarah investasi itu kemudian berkembang menjadi pasar modal. Pasar modal dalam istilah yang sederhana  ialah merupakan tempat bertemu antara penjula dan pembeli dengan menyediakan berbagai jenis barang. Awal muncul pasar modal itu pada abad ke 16 yang mana Dutch East India Company (VOC) menjadi perusahaan pertama yang menerbitkan saham di Amsterdam Stock Exchange. Namun, awal kemunculan pasar modal di  Indonesia  dimulai pada masa kolonial Belanda. Seperti yang disebutkan dalam sejarah pasar modal dunia, saat itu VOC merupakan penguasa perdagangan di Asia membuka pasar modal pertama di Indonesia pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia (saat ini menjadi Jakarta) untuk mencari modal dalam pembangunan perkebunan masal di Indonesia. Tempat yang kini kita kenal dengan Bursa Efek dulu bernama Vereniging voor de Effectenhandle (asosiasi perdagangan efek). Sayangnya, bursa efek tersebut harus ditutup di tahun 1914 hingga tahun 1918 sebagai akibat dari munculnya Perang Dunia I. Di tahun 1925 – 1942 bursa efek di Jakarta dibuka kembali ditambah dengan dibukanya bursa efek di Surabaya pada 11 Januari 1925 dan bursa efek di kota Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Ketika muncul perang dunia II, bursa efek mengalami berbagai kendala ekonomi. Hingga pada tahun 2007 akhirnya Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya digabungkan menjadi BEI (Bursa Efek Indonesia).

Pengetahuan ini penulis sampaikan sebagai pengetahuan awal bahwa Investasi itu telah ada sejak peradaban kuno, bahkan kemunculannya di Indonesia dan berkembang hingga hari ini. Investasi itu merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada periode tertentu dengan harapan memperoleh pengasilan dimasa depan. Dana yang dimaksudkan bukanlah uang melainkan jenis investasi berupa investasi langsung (direct investment), yang memiliki karakteristik investasi publik (investment public). Investasi ini telah diminati sejak lama oleh negara asing di Indonesia dan menjadi suatu investasi yang tidak pernah bangkrut dalam sejarah dunia, hingga hari.  Investasi  yang tidak pernah bangkrut itu diberinama Emas Hitam, Emas Hijau dan Pohon kaya Manfaat.

Jalur Investasi

Jalur rempah merupakan rute perdagangan laut yang menghubungkan kepulauan rempah di Nusantara dengan berbagai negara di Asia, Timur Tengah, dan Eropa. Komoditas utama yang diperdagangkan di jalur ini meliputi cengkih, pala, lada, dan kayu manis, yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan permintaan stabil sepanjang sejarah, menjadikannya sebagai investasi yang menguntungkan.

Sejak 4500 tahun lalu, leluhur bangsa Indonesia telah menjalin hubungan antar pulau, suku, dan bangsa dengan membawa rempah sebagai sarana membangun persahabatan, asimilasi budaya, serta diplomasi di setiap persinggahan. Perdagangan rempah tidak hanya menggerakkan perekonomian dunia, tetapi juga mendorong pertukaran budaya, teknologi, dan politik di antara berbagai peradaban.

Rempah-rempah dari Nusantara telah menarik perhatian peradaban besar sejak zaman kuno. Bangsa Mesir Kuno menggunakannya dalam proses mumifikasi dan pengobatan, sementara pada Abad Pertengahan, bangsa Arab menguasai jalur perdagangan rempah yang menghubungkan Asia dan Eropa melalui jalur darat. Selain itu, rempah-rempah juga memiliki peran penting dalam membantu Eropa menghadapi wabah penyakit dari abad ke-12 hingga ke-18.

Kepulauan Maluku, khususnya Kepulauan Banda, menjadi titik perdagangan rempah yang paling strategis. Pada abad ke-17, pala yang beraroma khas hanya tumbuh di Kepulauan Banda dan menghasilkan dua jenis rempah, yaitu bunga pala dan biji pala, yang dimanfaatkan sebagai bumbu masakan serta pengharum ruangan.

Pengaruh jalur rempah terhadap Nusantara sangat besar. Pertukaran budaya dan interaksi internasional melalui jalur ini menjadikan masyarakat di kepulauan Nusantara lebih beragam atau kosmopolitan. Pelaut dan pedagang dari Eropa, India, dan Cina datang ke Indonesia dan melakukan pertukaran budaya antarbangsa. Selain itu, jalur rempah juga berperan dalam pembentukan visi politik raja-raja Nusantara, seperti Kertanegara dari Kerajaan Singasari, yang membayangkan satu kesatuan pulau-pulau yang disebut dwipantara untuk menunjukkan hegemoni dan kekuasaannya di luar Jawa.

Emas Hitam, Emas Hijau, dan Pohon kaya Manfaat

Investasi pada emas hitam, emas hijau dan pohon kaya manfaat adalah pilihan yang cerdas bagi mereka yang ingin membangun kekayaan jangka panjang dengan risiko minimal. Dengan permintaan pasar yang stabil, nilai jual yang tinggi, serta ketahanan terhadap krisis ekonomi, Emas hitam, emas hijau dan pohon kaya manfaat yang kita kenal dengan pala, cengkeh dan kelapa ini terbukti menjadi salah satu bentuk investasi yang tidak pernah bangkrut. Dengan perencanaan yang matang dan penerapan teknik budidaya yang tepat, hasil yang diperoleh dari investasi ini dapat terus dinikmati dari generasi ke generasi. Gambaran di bawah ini menjadi pengetahuan, bahwa investasi emas hitam, emas hijau dan pohon kaya manfaat tidak pernah bangkrut.

  1. Pala: Si Emas Hitam

Pala (Myristica fragrans) merupakan salah satu rempah yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Sebagai tanaman asli Indonesia, pala memiliki dua produk utama: biji pala dan fuli (selaput biji pala) yang keduanya bernilai tinggi di pasar global. Selain digunakan sebagai bumbu dapur, minyak atsiri dari pala sangat dicari dalam industri farmasi dan kosmetik. Dengan harga yang stabil dan pasar ekspor yang luas, pala menjadi investasi yang menjanjikan. Selain minyak atsiri, produk turunan pala seperti serbuk pala dan ekstrak pala juga memiliki pasar yang luas. Produk-produk ini banyak digunakan dalam industri makanan dan minuman, terutama di negara-negara yang memiliki budaya kuliner berbasis rempah.

  1. Cengkeh: Emas Hijau yang Tidak Pernah Mati

Cengkeh (Syzygium aromaticum) adalah tanaman yang memiliki peranan penting dalam industri rokok, khususnya di Indonesia. Permintaan cengkeh terus meningkat, terutama karena industri rokok kretek yang terus berkembang. Selain itu, cengkeh juga digunakan dalam industri farmasi, karena memiliki sifat antiseptik alami. Produksi cengkeh yang stabil membuatnya menjadi pilihan investasi yang menarik, terutama bagi petani di daerah dengan iklim yang mendukung. Ekspor cengkeh ke negara-negara seperti India, China, dan Eropa terus mengalami peningkatan. Di luar industri rokok, minyak cengkeh digunakan dalam berbagai produk kesehatan seperti obat kumur, balsam, dan parfum, memberikan nilai tambah bagi industri rempah.

  1. Kelapa: Pohon Seribu Manfaat

Kelapa (Cocos nucifera) adalah tanaman serbaguna yang hampir seluruh bagiannya bisa dimanfaatkan. Dari buahnya dihasilkan minyak kelapa, air kelapa, dan santan yang menjadi bahan utama dalam industri makanan dan kosmetik. Batok kelapa bisa dijadikan arang, sedangkan sabutnya bisa diolah menjadi serat untuk berbagai keperluan. Dengan siklus panen yang cepat dan kegunaannya yang luas, kelapa menjadi salah satu investasi pertanian yang paling menjanjikan. Produk turunan seperti arang aktif dari tempurung kelapa juga memiliki permintaan tinggi di industri farmasi dan kecantikan. Selain itu, tren gaya hidup sehat telah meningkatkan popularitas air kelapa sebagai minuman alami yang kaya elektrolit dan nata de coco. Selain itu, juga batok kelapa dapat yang dibakar dan menjadi arang dapat dirubah menjadi briket. Sedangkan dari serabut kepala dapat di buat menjadi cocorope, dan keset kaki.

Investasi emas hitam, emas hijau dan pohon kaya manfaat merupakan bagian terkecil dari banyaknya investasi yang tak pernah bangkrut. Tulisan ini hanya baru sekedar menyadarkan kita bahwa investasi itu bukan hanya sekedar uang. Melainkan investasi di jalur komoditi. Investasi ini pula dapat mendukung kemajuan ekonomi yang berdampak pada publik. Hematnya ialah pala, cengkeh, dan kelapa harus menjadi sektor unggulan yang perlu untuk d perhatikan demi kemajuan bangsa Indonesia.

Penulis : Rusman Dani Rumaen

*Akademisi, Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat STKIP Gotong Royong Masohi, Wakil Ketua Bidang Penelitian, Publikasi dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan MPW Pemuda ICMI Maluku dan OKK ICMI Maluku serta Sekretaris DPD BKPRMI Kabupaten Maluku Tengah*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *