GPII Minta Prabowo Perhatikan Potensi Lonjakan Impor Pangan dari Program Makan Siang Gratis

Jakarta, EjaToday.com | Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) memberikan respon atas rencana program makan siang bergizi gratis yang diusung Presiden terpilih, Prabowo Subianto. Program ini merupakan salah satu janji utama Prabowo, yang telah dialokasikan dalam APBN 2025 sebesar Rp71 triliun.

Meski program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, GPII menyoroti potensi lonjakan impor pangan yang mungkin terjadi akibat implementasi program tersebut.

Ketua GPII, Rizal, menegaskan bahwa meskipun program makan bergizi gratis memiliki niat baik, pemerintah harus mengantisipasi dampaknya, terutama terhadap ketergantungan impor pangan.

“Program ini berpotensi memicu lonjakan impor komoditas pangan seperti susu dan beras, mengingat produktivitas pertanian dalam negeri saat ini masih rendah,” ujar Rizal.

Data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) memperkirakan bahwa jika produksi dalam negeri tidak mampu mencukupi kebutuhan program tersebut, impor bahan baku pangan akan meningkat. Dalam sepuluh tahun terakhir, nilai impor pangan Indonesia sudah melonjak hampir dua kali lipat, dan ada kekhawatiran bahwa program makan siang gratis ini akan memperparah kondisi tersebut.

Rizal menambahkan bahwa ketergantungan pada impor susu sangat mungkin terjadi, mengingat produksi susu dalam negeri belum memadai untuk memenuhi kebutuhan nasional.

“Jika susu menjadi salah satu item utama dalam program makan siang gratis, maka impor susu bisa melonjak hingga lima kali lipat. Hal ini perlu dipikirkan dengan matang,” tegas Rizal.

Ia juga mengingatkan pemerintah akan tantangan besar dalam sektor pertanian, termasuk menurunnya produktivitas padi akibat perubahan iklim. Hal ini, menurut GPII, bisa menyebabkan ketergantungan yang lebih besar pada impor beras.

“Jika kita tidak hati-hati, impor beras bisa meningkat drastis, karena produktivitas padi kita cenderung menurun. Program ini perlu disertai dengan upaya untuk memperkuat sektor pertanian dalam negeri,” kata Rizal.

Lebih lanjut, GPII menilai bahwa Pemerintahan Prabowo-Gibran perlu memprioritaskan diversifikasi pangan sebagai salah satu solusi untuk mengurangi ketergantungan impor.

“Diversifikasi pangan harus menjadi fokus utama, sehingga kita tidak hanya bergantung pada satu jenis komoditas seperti beras atau susu. Pemerintah juga harus memperkuat pelatihan dan infrastruktur pertanian terpadu agar produksi pangan kita dapat ditingkatkan,” tambah Rizal.

GPII juga mendesak adanya mitigasi risiko yang matang dalam pelaksanaan program ini. “Terlepas dari apakah setuju atau tidak, program makan siang gratis ini akan berjalan. Namun, pemerintah harus memastikan mitigasi risikonya dilakukan dengan serius agar program ini tidak menjadi bencana dalam jangka panjang,” ujar Rizal.

Sebagai bagian dari kritik membangun, GPII berharap Prabowo dan partai pendukungnya tidak alergi terhadap kritik.

“Kritik adalah obat, bukan musuh. Kami mendukung Prabowo-Gibran, tetapi dengan kritik yang konstruktif demi kebaikan dan kemaslahatan bersama di masa depan,” tutup Rizal. (EjaToday.com/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *