Nasihat Imam Syafii Bagi Seseorang yang Sering Berbeda Pendapat

EjaToday.com – Perbedaan pendapat dalam hal kelompok maupun secara individu adalah hal lazim. Namun tentu, jangan sampai perbedaan itu menjadikan seseorang bermusuhan dan saling menjauh.

Seperti kisah Yunus bin Abdul A’la atau Imam Yunus As-shadafi, salah seorang murid imam syafi’i yang berbeda pendapat dengan gurunya.

Masing-masing berusaha untuk membela pendapatnya dengan berbagai hujjah dan dalil,  sampai akhirnya Yunus marah, lalu pergi meninggalkan Imam Syafi’i menuju rumahnya.

Saat malam, tak seperti biasanya, Yunus mendengar pintu rumahnya diketuk oleh seseorang.

Ia bertanya: “Siapa di pintu?”

Orang itu menjawab: “Muhammad bin Idris.”

Seketika Yunus berusaha untuk mengingat semua orang yang ia kenal dengan nama itu, hingga ia yakin tidak ada siapapun yang bernama Muhammad bin Idris yang ia kenal kecuali Imam Syafi’i.

Dan, saat ia membuka pintu, ia sangat terkejut dengan kedatangan gurunya itu. Ternyata, Sang Guru itu dengan penuh kerendahan hati justru mendatangi Sang Murid untuk memadamkan kemarahan Sang Murid dan memberinya nasehat seputar bagaimana seharusnya menyikapi perbedaan pendapat.

Imam Syafi’i berkata:

“Wahai Yunus, selama ini kita disatukan dalam ratusan masalah, apakah karena satu masalah saja kita harus berpisah?,”

“Janganlah engkau berusaha untuk menjadi pemenang dalam setiap perbedaan pendapat. Sebab, terkadang meraih hati orang lain itu lebih utama daripada meraih kemenangan atasnya,”

“Jangan pula engkau hancurkan jembatan yang telah kau bangun dan kau lewati di atasnya berulang kali. Karena boleh jadi kelak engkau akan membutuhkannya kembali,”

Dari kisah diatas kita tahu tentang betapa pentingnya menjaga persatuan dengan berbagai perbedaan yang ada.

Lihatlah bagaimana kerendahan dan kebesaran hati Sang Imam menyikapi perbedaan pendapat. Dan akhirnya, yang menjadi pertanyaan sekaligus renungan bersama bagi kita, jika mereka saja tetap saling cinta dan memuji di tengah perbedaan, kenapa sebagian kita malah saling benci dan mencaci di tengah perbedaan? Padahal kita adalah pengikut dan mereka adalah yang kita ikuti.

Sumber: syiarnusantara.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *