EjaToday.com, Pamekasan – Rektor IAIN Madura, Saiful Hadi mengomentari langkah DPC PKB Pamekasan yang lebih mengutamakan menentukan kriteria untuk menjaring figur pada Pilkada 2024 mendatang.
“Saya sepakat kalau ada partai yang yang melihat aspek basis masyarakat serta kemauan dari masyarakat dalam menentukan figur pemimpin di masa mendatang, dan menang seharusnya demikian” terangnya pada Ejatoday.com, Jumat, (03/05/2024).
Menurutnya, upaya tersebut sebagai salah satu model dalam menentukan siapa figur yang paling pas untuk memimpin sebuah kabupaten, terlepas dari sebuah anggapan bahwa cara itu hanya sebatas gimmick atau menarik simpati publik.
“Apa program-program kuat menjadi pakta integritas (antara calon dengan partai),” tukasnya.
Kata Saiful Hadi, ada 3 hal dasar untuk menentukan figur pemimpin Kabupaten Pamekasan di masa mendatang. Pertama, setiap calon harus memiliki orientasi untuk meningkatkan SDM unggul, seperti menata pendidikan yang berbasis pada kebutuhan masyarakat.
Kedua, setiap calon harus memiliki kriteria berupa kapasitas dan kapabilitas dalam mengurangi angka kemiskinan, baik kemiskinan absolut maupun kemiskinan yang selama ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah.
“Lahirnya kemiskinan baru ini yang harus diretas dan diatasi agar terjadi perubahan kehidupan,” papar Hadi.
“Misal ya, dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan baru agar masyarakat memiliki usaha yang berbasis pada potensi lokal,” sambungnya.
Ketiga, yaitu setiap calon juga harus memikirkan sektor pembangunan yang mampu melibatkan seluruh pihak, utamanya pesantren. Keberadaan pesantren sampai saat ini menjadi ciri khas Kabupaten Pamekasan dan garda terdepan dalam perbaikan umat pada aspek keagamaan.
“Hal-hal lain saya pikir partai lebih paham dalam menentukan orientasi terhadap calon ini, agar jangan sampai salah pilih dalam mengusung calon,” pungkasnya.
Ketua Desk Pilkada DPC PKB 2024 Khairul Umam mengatakan bahwa PKB lebih memilih untuk menentukan kriteria terlebih dahulu ketimbang langsung menggelar karpet merah bagi para figur.
“Jadi ini soal selera. PKB hari ini memilih menggunakan selera rakyat, bukan selera elit,” imbuhnya.
Berbeda, kata dia, kalau PKB jual figur misalnya. Mencari figur, maka figur itu dipaksakan untuk diterima di masyarakat. Tetapi hari ini, PKB akan memaksakan selera rakyat itu untuk kemudian menjadi karakter bagi figur-figur yang akan muncul.
“Jadi kami ingin melahirkan proses teknokrasi dalam politik. Artinya, kenapa dalam forum ini ada akademisi, ada kiai, tokoh perempuan, dan pers, karena kami akan mendengar. Hari ini momentumnya PKB mendengar,” ujar Wakil Ketua DPRD Pamekasan tersebut.