Pertamina dan SPBU: Membangun Mutu di Tengah Ujian Publik

EjaToday.comKasus puluhan kendaraan mogok usai mengisi BBM di SPBU Depok, Bekasi, dan Bandung pekan lalu menjadi perhatian serius. Namun, di balik insiden ini, ada peluang emas bagi PT Pertamina (Persero) untuk menunjukkan komitmennya memperbaiki sistem.

Romadhon Jasn, Direktur Eksekutif Gagas Nusantara, melihatnya sebagai panggilan untuk transformasi pengawasan SPBU mitra yang lebih modern dan andal.

Pertamina mengelola 7.400 SPBU di seluruh Indonesia, sebuah jaringan luas yang menjadi tulang punggung mobilitas masyarakat.

Romadhon Jasn mengapresiasi skala operasi ini, namun ia menilai pengawasan konvensional seperti audit rutin mulai ketinggalan zaman.

Dalam rilis ke media pada Kamis (3/4/2025), ia menyebut perlunya langkah inovatif agar mutu BBM tetap terjaga di setiap titik.

Langkah positif sudah mulai terlihat. Fadjar Djoko Santoso, VP Corporate Communication Pertamina, mengungkapkan bahwa perusahaan tengah mempercepat digitalisasi.

Sebanyak 1.200 SPBU prioritas akan dilengkapi sistem early warning berbasis AI pada 2025. Ini adalah bukti nyata bahwa Pertamina serius menjawab tantangan zaman, meski Jasn berharap cakupannya bisa lebih luas lagi.

Data BPH Migas 2024 menunjukkan 23% keluhan konsumen terkait kualitas BBM, sebuah angka yang menjadi pengingat akan urgensi perbaikan.

Namun, alih-alih hanya mengkritik, Romadhon Jasn memuji upaya Pertamina yang telah membangun kepercayaan publik pasca-kasus hukum Pertamina Patra Niaga sebelumnya.

Respons cepat kala itu berhasil memulihkan citra, dan kini saatnya mempertahankan momentum tersebut.

Romadhon Jasn menyarankan visi membangun: sistem pemantauan digital real-time dengan sensor IoT, kebijakan whistleblower untuk pelapor internal, dan sanksi yang tegas namun adil bagi SPBU bermasalah.

Ide-ide ini tak hanya menutup celah, tetapi juga membuka jalan bagi ekosistem BBM yang lebih transparan dan berkualitas, sesuatu yang patut didukung penuh oleh Pertamina.

Regulator pun bergerak sejalan. Kepala BPH Migas, Erika Retnowati, menyatakan kesiapan merevisi Peraturan Menteri ESDM No. 26/2021 untuk memperketat pengawasan.

Kolaborasi ini menunjukkan harmoni antara pemerintah dan Pertamina, sebuah fondasi kuat untuk perubahan yang berkelanjutan di masa depan.

Asosiasi SPBU Indonesia juga turut berkontribusi. Ketua Umumnya, Gugun Kusumah, mengingatkan bahwa faktor eksternal seperti cuaca ekstrem bisa memengaruhi kualitas BBM di tangki.

Pernyataan ini mencerminkan kematangan industri dalam mendiagnosis masalah, sekaligus mengundang Pertamina untuk memperkuat infrastruktur fisik SPBU.

Di tengah tantangan, Pertamina menunjukkan komitmen nyata. Investigasi atas kasus ini dijanjikan selesai dalam lima hari kerja, dengan hasil yang akan dipublikasikan secara terbuka.

Tak hanya itu, mekanisme ganti rugi berbasis bukti ilmiah untuk konsumen terdampak juga disiapkan, sebuah langkah proaktif yang patut diapresiasi.

Romadhon Jasn tak sekadar menyoroti kekurangan. Ia mengusulkan pendekatan jangka panjang yang inspiratif: edukasi bersama komunitas otomotif, insentif untuk SPBU berprestasi, dan kolaborasi triple helix dengan akademisi.

Visi ini mengubah krisis menjadi peluang, menjadikan Pertamina sebagai pelopor inovasi di sektor energi.

Pada akhirnya, insiden ini adalah ujian sekaligus panggung bagi Pertamina. Dengan respons cepat dan solusi cerdas, perusahaan ini bisa memperkuat kepercayaan masyarakat yang telah susah payah dibangun kembali.

“Kami siap menjaga amanah publik,” ujar Aryomekka, sebuah janji yang kini dinanti bukti nyatanya oleh jutaan konsumen. (EjaToday.com/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *